Askep Diabetes Millitus

TINJAUAN TEORITIS
A.    Konsep  Dasar
1.    Pengertian
Diabetes mellitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolic akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan  pembuluh darah, disertai lesi pada membrane basalis  dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron. (Mansjoer, 2001, hal 580).
    Diabetes Mellitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketiadaan absolute insulin atau penurunan relatif insensitifitas sel terhadap insulin. Berdasarkan definisi, glukosa darah puasa harus lebih besar daripada 140mg/100ml pada dua kali pemeriksaan terpisah agar   diagnosis diabetes mellitus dapat ditegakkan (Corwin, 2000).

2.    Etiologi
    Diabetes Melitus yang juga populer dengan nama kencing manis itu adalah suatu kondisi yang diderita oleh seseorang karena kekurangan hormon insulin. Kekurangan hormon insulin yang terjadi disebabkan oleh kurang aktifnya produksi hormon insulin dari sel kalenjar langerhans diorgan pankreas. Berkurangnya produksi ini karena menyusutnya jumlah sel  penghasil hormon insulin sejak seseorang dilahirkan (bawaan atau keturunan). Serta dapat juga akibat virus atau penyakit degeneratif. Seseorang dapat juga terkena walaupun hormon insulinnya cukup.  Kejadian ini muncul karena reaksi tubuh terhadap kehadiran insulin kurang efisien atau tubuh tidak mampu menggunakan ketersediaan hormon tersebut dengan semestinya, sehingga tubuh tidak mampu mengoksidasi glukosa menjadi energi. Keadaan ini biasanya menyerang orang setengah baya keatas, karena faktor degenerasi, kurang olahraga, dan kegemukan (Widjadja, 2009, hal 35).

3.    Klasifikasi.
    Klasifikasi diabetes yang utama adalah :
    a.    Tipe I : Diabetes Melitus tergantung insulin (Insulin Dependent Diabetes Mellitus [IDDM])
    b.    Tipe II : Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus [NIDDM] ).
    c.    Diabetes  melitus yang  berhubungan dengan keadaan atau  sindrom  lainnya.
    d.    Diabetes melitus gestasional (Gestasional Diabetes Mellitus [GDM]).
    (Brunner & Suddarth, 2001,hal: 1220).


4.    Patofisiologi
     Diabetes Tipe I. Pada Diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel betapankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia-puasa terjadi akibat produksi glukosa  yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat di simpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemi postprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar; akibatnya, glukosa tersebut muncul di dalam urin (glukosaria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan  dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik.  Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia). (Brunner & Suddarth, 2001, hal :1223).
    Diabetes Tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama  yang berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor  tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan  penurunan reaksi intrasel ini. Dengan  demikian  insulin  menjadi  tidak  efektif  untuk  menstimulasi  pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan, dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. (Brunner & Suddarth2001, hal: 1223).
    Diabetes dan Kehamilan. Diabetes yang terjadi selama  kehamilan perlu mendapat perhatian khusus. Wanita yang sudah  diketahui menderita diabetes sebelum terjadinya pembuahan harus mendapatkan penyuluhan atau konseling tentang penatalaksanaan diabetes selama kehamilan. Pengendalian yang buruk (hiperglikemia) pada saat pembuahan dapat disertai timbulnya malformasi kongenital. Karena alasan  inilah, wanita yang menderita diabetes harus mengendalikan penyakitnya dengan baik sebelum konsepsi terjadi dan  sepanjang kehamilannya. (Brunner & Suddarth, edisi 8, hal 1224).
    Diabetes Gestasional terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya. Hiperglikemia selama kehamilan terjadi akibat sekresi hormon-hormon plasenta. Semua wanita hamil harus menjalani skrining pada usia kehamilan 24 hingga 27 minggu untuk mendeteksi kemungkinan diabetes. Penatalaksanaan pendahuluan mencakup modifikasi diet dan pemantauan kadar glukosa.
 (Brunner & Suddarth, 2001, hal: 1224).

5.    Manifestasi  Klinis
    Diagnosis DM awalnya dipikirkan dengan adanya gejala khas berupa polifagia, poliuria, polidipsia, lemas, dan berat badan menurun. Gejala lain yang mungkin dikeluhkan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur, dan impotensi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita. (Mansjoer, 2001, hal  580).
    Diabetic retinopathy merupakan kelainan vascular yang mempengaruhi kapiler retina. Hal ini merupakan komplikasi utama DM dan penyebab kebutaan yang utama. Manifestasi klinisnya meliputi pengelihatan kabur, floater, jaring laba-laba, dan kilatan cahaya. Mempertahankan kadar gula darah dalam batas normal (70-120 mg/dl) membantu mencegah terjadinya penyakit ini. Semua pasien diabetes harus menjalani pemeriksaan mata tahunan oleh ahli oftalmologi untuk mendeteksi dan menangani masalah retinopathy sejak dini. (Reeves, 2001, hal 14).
6.    Pemeriksaan  Penunjang
    Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi untuk DM, yaitu kelompok usia dewasa tua (>40 tahun), obesitas, tekanan darah tinggi, riwayat keluarga DM, riwayat kehamilan dengan berat badan lahir bayi >4000 g, riwayat DM pada kehamilan, dan dislipidemia.
    Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu, kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti oleh tes toleransi glukosa oral (TTGO) standar. Untuk kelompok resiko tinggi yang hasil pemeriksaan penyaringnya negative, perlu pemeriksaan penyaring ulangan tiap tahun. Bagi pasien berusia >46 tahun tanpa faktor resiko, pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun. (Mansjoer, 2001, hal 580).

7.    Penatalaksanaan
    Dalam jangka pendek penatalaksanaan DM bertujuan untuk menghilangkan keluhan/gejala DM. Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk mencegah komplikasi. Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara menormalkan kadar glukosa, lipid, dan insulin. Untuk mempermudah tercapainya tujuan tersebut kegiatan dilaksanakan dalam bentuk pengelolaan pasien secara histolik dan mengajarkan kegiatan mandiri. (Mansjoer, 2001, hal 580).



B.  Asuhan  Keperawatan
    Menurut Doengoes (1999, hal 726-729) Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus adalah sebagai berikut :
1.     Dasar data pengkajian pasien.
Data bergantung pada berat dan lamanya ketidakseimbangan metabolik dan pengaruh pada fungsi organ.
Aktivitas/istirahat. Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan. Kram otot, dan tonus otot menurun. Gangguan tidur/istirahat. Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau tanpa dengan aktivitas. Letargi/disorientasi, koma.
Sirkulasi. Gejala : Adanya riwayat hipertensi; IM akut. Klaudikasi, kebas, dan  kesemutan pada ekstrimitas. Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama. Tanda : Takikardia. Perubahan tekanan darah postural; hipertensi. Nadi yang menurun/tak ada. Disritmis. Krekels; DVJ (GJK). Kulit panas, kering, dan kemerahan; bola mata cekung.
Integritas Ego. Gejala : Stress; tergantung pada orang lain. Masalah financial yang berhubungan dengan kondisi. Tanda : Ansietas, peka rangsang.
Eliminasi. Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia. Rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang. Nyeri tekan abdomen. Diare. Tanda : Urine encer, pucat, kuning; poliuri (dapat berkembang menjadi oliguria/anuria jika terjadi hipovalemia berat). Urine berkabut, bau busuk (infeksi). Abdomen keras, adanya asites. Bising usus lemah dan menurun; hiperaktif (diare).
Makanan/Cairan. Gejala : Hilang nafsu makan. Mual/muntah. Tidak mengikuti diet; peningkatan masukan glukosa/karbohidrat. Penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari/minggu. Haus. Penggunaan diuretic (tiazid). Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek. Kekakuan/distensi abdomen, muntah. Pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolic dengan peningkatan gula darah). Bau halitosis/manis, bau buah (nafas  aseton).
Neurosensori. Gejala : Pusing/pening. Sakit kepala. Kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia. Gangguan pengelihatan. Tanda : Diorientasi; mengantuk, letargi, stupor/koma (tahap lanjut). Gangguan memori (baru, masa lalu); kacau  mental. Refleks tendon dalam (RTD) menurun (koma).
Nyeri/Kenyamanan. Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat). Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat hati-hati.
Pernafasan. Gejala : Merasa kurang oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergantung adanya infeksi/tidak). Tanda : Lapar udara. Batuk, dengan tanpa sputum purulen (infeksi). Frekuensi pernafasan.  Keamanan. Gejala : kulit kering, gatal, ulkus kulit. Tanda : Demam Diaforesis. Kulit rusak/lesi/ulserasi. Menurunnya kekuatan umum/rentang gerak. Parestesia/paralisis otot termasuk otot pernafasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam).
Seksualitas. Gejala ; Rabas Vagina (cenderung infeksi). Masalah impoten pada pria; kesulitan orgasme pada wanita.
Penyuluhan/pembelajaran. Gejala : Faktor resiko keluarga; DM, penyakit jantung, stroke, hipertensi. Penyembuhan yang lambat. Penggunaan obat seperti steroid, diuretic (tiazid); Diolantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetic sesuai pesanan.
Pertimbangan rencana pemulangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 5,9 hari. Mungkin memerlukan bantuan dalam pengaturan diet, pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa darah.
Pemeriksaan diagnostic : Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dl, atau lebih. Aseton plasma (keton) : Positif secara mencolok. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l. Elekrolit : Natrium : mungkin normal, meningkat atau menurun. Kalium : Normal atau peningkatan semu  (perpindahan seluler), selanjutnya akan menurun. Fosfor : lebih sering menurun. Haemoglobin glikosilat : Kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir (lama hidup SDM) dan karenanya sangat bermanfaat dalam membedakan DKA dengan control tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden (mis., ISK baru). Gas darah arteri : Biasanya menunjukan pH rendah dan penurunan pada HCO3 (asdosis metabolisme) dengan kompensasi alkalosis respiratorik. Trombosit darah: Ht mungkin meningkat (dehidrasi); leukositosis, hemokonsentrasi, merupakan respons terhadap stres atau infeksi. Ureum/keratin : mungkin menngkat atau normal (dehidrasi/penurunan fungsi ginjal). Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA. Insulin darah : Mungkin menurun/bahkan sampai tidak ada (pada tipe 1) atau normal sampai tinggi (tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/gangguan dalam penggunaannya (endegen/eksogen). Resisten insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody. (autoantibody). Pemeriksaan antitiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan glukosa dalam darah dan kebutuhan akan insulin. Urine : gula dan aseton positif; berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi  pada saluran kemih, infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.
Prioritas keperawatan : memperbaiki cairan/elektrolit dan keseimbangan asam basa. Memperbaiki metabolisme abnormal. Mengidentifikasi/membantu penanganan terhadap penyebab penyakit yang mendasarinya. Mencegah kompilkasi. Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis, perawatan diri, dan kebutuhan pengobatannya.
Tujuan pemulangan : Hemeostatis dapat dipertahankan. Faktor-faktor penyebab/pencetus dapat dikontrol/dikoreksi. Komplikasi dapat dicegah/dapat  diminimalkan. Proses penyakit/prognosis, kebutuhan akan perawatan diri dan pengobatannya dapat dipahami.
2.  Diagnosa Keperawatan  dan Intervensi Keperawatan
        Menurut Doengoes (1999, hal 729-741), adalah sebagai berikut :
a.     Kekurangan volume cairan. Berhubungan dengan : Diuresis osmotik (dari hiperglikemia). Kehilangan gastrik berlebihan: Diare, muntah. Masukan dibatasi: Mual, kacau mental. Kemungkinan dibuktikan oleh : Peningkatan haluaran urine, urine encer. Kelemahan; haus; penurunan berat badan tiba-tiba. Kulit/membran mukosa kering, turgor kulit buruk. Hipotensi, takikardia, pelambatan pengisian kapiler. Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan : Mendemonstrasikan hidarasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat teraba, turgor kulit dan pengisian kaplier baik, haluaran urine tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensinya adalah : 1. Mandiri. Dapatkan riwayat pasien/orang terdekat sehubungan dengan lamanya/intensitas dari gejala seperti muntah, pengeluaran urine yang sangat berlebihan. Rasional : Membantu dan memperkirakan kekurangan volume total. Tanda dan gejala mungkin sudah ada pada beberapa waktu sebelumnya (beberapa jam sampai beberapa hari). Adanya proses infeksi mengakibatkan demam dan keadaan hipermetabolik yang meningkatkan kehilangan air tidak kasat mata. 2. Mandiri. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik. Rasional : Hipovalemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia. Perkiraan berat ringannya hipovalemia dapat dibuat ketika tekanan darah sistolik pasien turun lebih dari 10mmHg dari posisi berbaring ke posisi duduk/berdiri. Catatan : Neuropati jantung dapat memutuskan reflex-refleks yang secara normal meningkatkan denyut jantung. 3. Mandiri. Pola nafas seperti adanya pernafasan kussmaul atau pernafasan yang berbau keton. Rasional : Paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui pernafasan yang menghasilkan kompensasi alkoholis respiratoris terhadap kekuatan ketoasidosis. Pernafasan yang berbau aseton berhubungan pemecahan asam aseto-asetat dan harus berkurang bila ketosis harus terkoreksi. 4. Mandiri. Frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas, dan adanya periode apnea dan munculnya sinosis. Rasional : Koreksi hiperglikemia dan asidosis akan menyebabkan pola dan frekuensi pernafasan mendekati normal. Tetapi peningkatan kerja pernafasan; pernafasan dangkal, pernafasan cepat, munculnya sianosis mungkin merupakan indikasi dari kelelahan pernafasan dan/atau mungkin pasien itu kehilangan kemampuannya untuk melakukan kompensasi pada asidosis. 5. Mandiri. Suhu, warna kulit atau kelembabannya. Rasional : meskipun demam, menggigil dan diaphoresis merupakan hal yang umum terjadi pada proses infeksi, demam dengan kulit yang kemerahan, kering mungkin sebagai cerminan dari dehidrasi. 6. Mandiri. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa. Rasional : Merupakan indicator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang adekuat. 7. Mandiri. Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urine. Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan. 8. Mandiri : Ukur berat badan setiap hari. Rasional : Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti. 9. Mandiri. Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransikan jantung jika pemasukan cairan melalui oral sudah dapat diberikan  Rasional : Mempertahankan hidrasi/volume sirkulasi. 10. Mandiri. Tingkatkan lingkungan yang dapat menimbulkan rasa nyaman. Selimuti pasien dengan selimut tipis. Rasional : Menghindari pemanasan yang berlebihan terhadap pasien yang lebih lanjut akan dapat menimbulkan kehilangan cairan. 11. Mandiri. Kaji adanya perubahan mental/sensori. Rasional : perubahan mental dapat berhubungan dengan glukosa yang tinggi atau yang rendah (hiperglikemia atau hipoglikemia), elektrolit yang abnormal, asidosis, penurunan perfusi serebral, dan berkembangnya hipoksia. Penyebab yang tidak tertangani, gangguan kesadaran dapat menjadi predisposisi (pencetus) aspirasi pada pasien. 12. Mandiri. Catat hal-hal yang dilaporkan seperti mual, nyeri abdomen, muntahndan distensi lambung. Rasional : Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motilitas lambung, yang seringkali akan menimbulkan muntah dan secara potensial akan menimbulkan kekurangan cairan atau elektrolit. 13. Mandiri. Observasi adanya perasaan kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan berat badan, nadi tidak teratur, dan adanya distensi pada vaskuler. Rasional : pemberian cairan untuk perbaikan yang cepat mungkin sangat berpotensi kelebuhan beban cairan dan GJK. 14. Kolaborasi. Berikan cairan terapi sesuai dengan indikasi; Normal salin atau setengah normal salin atau tanpa dektrosa. Rasional : tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respons pasien secara individual. 15. Kolaborasi. Albumin, plasma, atau dekstran. Rasional : Plasma ekspander (pengganti kadang dibutuhkan jika kekurangan tersebut mengancam kehidupan atau tekanan darah sudah tidak dapat kembali normal dengan usaha-usaha rehidrasi yang telah dilakukan. 16. Kolaborasi. Pasang/pertahankan kateter urine tetap terpasang. Rasional : Memberikan pengukuran yang tepat/akurat terhadap pengukuran haluaran urine terutama jika neuropati otonom menimbulkan gangguan kantung kemih (retensi urine/inkontinensia). Dapat dilepas  jika pasien berada dalam keadaan stabil untuk menurunkan resiko terjadinya infeksi. 17. Kolaborasi. Pantau pemeriksaan laboratorium. Hematokrit (Ht). Rasional  : Mengkaji tingkat hidrasi dan seringkali meningkat akibat hemokonsentrasi yang terjadi setelah diuresis  osmotic. BUN/kreatinin. Rasional : peningkatan nilai dapat mencerminkan kerusakan sel karena dehidrasi atau tanda awitan kegagalan ginjal. Osmolalitas darah. Rasional : Meningkat sehubungan dengan adanya hiperglikemia dan dehidrasi. Natrium. Rasional : Mungkin menurun yang dapat mencerminkan perpindahan cairan dari intrasel (Diuresis osmotic). Kadar nitrium yang tinggi mencerminkan kehilangan cairan/dehidrasi berat atau reabsorbsi natrium dalam bererspons terhadap sekresi aldosteron. Kalium. Rasional : awalnya akan terjadi hiperkalemia dalam berespons pada asidosis, namun selanjutnya kalium ini akan hilang melalui urine, kadar kalium absolute dalam tubuh berkurang. Bila insulin diganti dan asidosis teratasi, kekurangan kalium serum justru akan terlihat. 18. Kolaborasi : Berikan kalium atau elektrolit yang lain melalui IV dan/atau melalui oral sesuai indikasi. Rasional : kalium harus ditambahkan pada IV (segera aliran urine adekuat) untuk mencegah hipokalemia. Catatan :  kalium fosfat dapat diberikan jika cairan IV mengandung natrium klorida untuk mencegah kelebihan beban klorida. 19. Kolaborasi : Berikan bikarbonat jika pH kurang dari 7,0. Rasional : Diberikan dengan hati-hati untuk membantu memperbaiki asidosis pada adanya hipotensi dan syok. 20. Kolaborasi : Pasang selang NGT dan lakukan penghisapan sesuai dengan indikasi. Rasional : Mendekompresi lambung dan dapat menghilangkan muntah.
b.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Dapat dihibungkan dengan : Ketidakcukupan insulin (penurunan ambilan dan penggunaan glukosa oleh jaringan mengakibatkan peningkatan metabolisme protein/lemak). Penurunan masukan oral, anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran. Status hipermetabolisme : pelepasan hormone stress (mis., epinefrin, kortisol, dan hormon pertumbuhan), proses infeksius. Kemungkinan dibuktikan oleh : Melaporkan masukan makanan tak adekuat, kurang minat pada makanan. Penurunan berat badan; kelemahan, kelelahan, tonus otot buruk. Diare. Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan : mencerna jumlah kalori/nutrient yang tepat. Menunjukkan tingkat energi biasanya. Mendemonstrasikan berat badan stabil atau penambahan kearah rentang biasanya/yang diinginkan dengan nilai laboratorium normal.
Intervensinya adalah : 1. Mandiri. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi. Rasional : mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbs dan utilisasinya). 2. Mandiri. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dihabiskan pasien. Rasional : mengindentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan teurapeutik. 3. Mandiri. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/perut kembing/mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi. Rasional : hiperglikemia dan gangguan keeseimbanagan cairan elektrolit dapat menurunkan motilitas/fungsi lambung (distensi dan ileus paralitik) yang akan mempengaruhi pilihan intervensi. Catatan : kesulitan jangka panjang dengan penurunan pengosongan lambug dan motilitas usus yang rendah mengisyaratkan adanya neuropati otonom yang mempengaruhi saluran pencernaan dan memerlukan pengobatan secara simptomatik. 4. Mandiri. Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrient) dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui pemberian oral. Dan seterusnya terus mengupayakan pemberian makanan yang lebih padat sesuai dengan yang dapat ditoleransi. Rasional : pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien sadar dan fungsi gastrointestinal baik. 5. Mandiri. Identifikasi makanan yang disukai/dihendaki termasuk kebutuhan etnik/cultural. Rasional : jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan, kerja sama ini juga dapat diupayakan setelah pulang. 6. Mandiri. Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan ini sesuai dengan indikasi. Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien. Catatan : berbagai metode bermanfaat untuk perencanaan diet meliputi pergantian daftar menu, sistem perhitungan kalori, indeks glikemik atau seleksi awal menu. 7. Mandiri. Observasi tanda-tanda hipoglikemia. Seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala, pusing, sempoyongan. Rasional : Karena metabolisme karbohidrat mulai terjadi (gula darah akan berkurang, dan sementara tetap diberikan insulin maka  hipoglikemi dapat terjadi. Jika pasien dalam keadaan koma, hipoglikemia mungkin terjadi tanpa memperlihatkan perubahan tingkat kesadaran. Ini secara potensial dapat mengancam kehidupan yang harus dikaji dan ditangani secara tepat melalui tindakan protokol yang direncanakan. Catatan : DM tipe I yang telah berlangsung lama mungkin tidak akan menunjukkan tanda-tanda hipoglikermia seperti biasanya karena respons gula seperti biasanya karena respons normal terhadap gula mungkin dikurangi. 8. Kolaborasi. Lakukan pemeriksaaan gula darah dengan menggunakan “finger stick”. Rasional : Analisa ditempat tidur terhadap gula darah lebih akurat (menunjukkan keadaan saat dilakukan pemerikasaan) dari pada memantau gula dalam urine (reduksi  urine) yang tidak cukup akurat untuk mendeteksi fluktuasi kadar gula darah yang dapat dipengaruhi oleh ambang ginjal pasien secara individual atau adanya retensi urine/gagal ginjal. Catatan : beberapa penelitian telah menemukan bahwa glukosa urine 20% berhubungan dengan gula darah antara 140-360 mg/dl. 9. Kolaborasi. Pantau pemeriksaan laboratorium, seperti glukosa darah, aseton, pH, dan HCO3. Rasional : gula darah akan menurun perlahan dengan penggantian cairan dan terapi insulin terkontrol. Dengan pemberian insulin dosis optimal, glukosa kemudian dapat masuk kedalam sel dan digunakan untuk sumber kalori. Ketika hal ini terjadi, kadar aseton akan menurun dan asidosis dapat dikoreksi. 10. Kolaborasi. Berikan pengobatan insulin secara teratur dengan metode IV secara intermiten atau secara kontinu. Seperti bolus IV diikuti dengan tetesan yang kontinu melalui alat pompa kira-kira 5-10UI/jam sampai glukosa darah mencapai 250mg/dl. Rasional : insulin regular memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu memindahkan glukosa kedalam sel. Pemberian melalui IV merupakan rute pilihan utama karena absorbs dari jaringan subkutan mungkin tidak menentu/sangat lambat. Banyak orang percaya/berpendapat bahwa metode kontinu ini merupakan cara yang optimal untuk mempermudah transisi pada metabolisme karbohidrat dan menurunkan insiden hipoglikemia. 11. Kolaborasi. Berikan larutan glukosa, misalnya dekstrosa dan setengah salin normal. Rasional : Larutan glukosa ditambahkan setelah insulin dan cairan membawa gula darah kira-kira 250mg/dl. Dengan metabolisme karbohidrat mendekati normal, perawatan harus diberikan untuk menghidari terjadinya hipoglikemia. 12. Kolaborasi. Lakukan konsultasi dengan ahli diet. Rasional : sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien; menjawab pertanyaan dan dapat pula membantu pasien atau orang terdekat dalam mengambangkan perencanaan makan. 13. Kolaborasi. Berikan diet kira-kira 60% karbohidrat, 20% protein dan 20% lemak dalam penataan makan/pemberian makanan tambahan. Rasional : Kompleks karbohidrat (seperti jagung, wortel, brokoli, buncis, gandum, dll). Menurunkan kadar glukosa/kebutuhan insulin, menurunkan kadar kolesterol darah dan meningkatkan rasa kenyang. Pemasukan makna akan dijadwalkan sesuai karakteristik insulin yang spesifik (mis., efek puncaknya) dan respons pasien secara individual. Catatan : makanan tambahan dari kompleks karbohidrat terutama sangat penting  (jika insulin diberikan dalam dosis terbagi) untuk mencegah hipoglikiemia selama tidur dan potensial respons somogyi. 14. Kolaborasi. Berikan obat metaklopramid (reglan); tetrasiklin; Rasional : Dapat bermanfaat dalam mengatasi gejala yang berhubungan dengan neuropati otonom yang mempengaruhi saluran cerna, yang selanjutnya menigkatkan pemasukan melalui oral dan absorbs zat makanan (nutrien).
c.     Resiko tinggi terhadap infeksi. Faktor resiko meliputi : kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi. Infeksi pernafasan yang ada sebelumnya, atau ISK. Kemungkinan dibuktikan oleh : (tidak diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa  actual). Hasil evaluasi yang diharapkan/criteria evaluasi pasien akan : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi. Mendemonstrasikan teknik perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.
Intervensinya adalah : 1. Mandiri. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan, seperti demam, kemerahan, adanya pus pada luka, sputum purulen, urine warna keruh dan berkabut. Rasional : pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial. 2. Mandiri. Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya sendiri. Rasional : mencegah timbulnya infeksi silang (infeksi nosokomial). 3. Mandiri. Pertahankan teknik  aseptik pada prosedur invasive (seperti pemasangan infus, kateter folley dan sebagainya), pemberian obat intravena dan memberikan perawatan pemeliharaan. Lakukan pengobatan melalui IV sesuai indikasi. Rasional : kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman. 4. Mandiri : Pasang kateter/lakukan perawatan perineal dengan baik. Ajarkan pasien wanita untuk memberikan daerah perinealnya dari depan kearah belakang setelah eliminasi. Rasional : Mengurangi resiko terjadinya infeksi saluran kemih. Pasien koma mungkin memiliki resiko yang khusus jika terjadi retensi urine pada saat awal dirawat. Catatan : pasien DM wanita lansia merupakan kelompok utama yang saling beresiko terjadi infeksi saluran kemih/vagina. 5. Mandiri. Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh, masase daerah tulang yang tertekan, jaga kulit tetap kering dan tetap kencang (tidak berkerut). Rasional : Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi. 6. Mandiri. Auskultasi bunyi nafas. Rasional : ronki mengindikasikan adanya akumulasi secret yang mungkin berhubungan dengan pneumonia/bronchitis (mungkin sebagai akibat dari pemberian pencetus DKA). Edema paru (bunyi krekels) mungkin sebagai akibat dari pemberian cairan yang terlalu cepat/berlebihan atau GJK. 7. Mandiri. Posisikan pasien pada posisi semi fowler. Rasional : Memberikan kemudahan bagi paru untuk berkembang; menurunkan resiko terjadinya aspirasi. 8. Mandiri. Lakukan perubahan posisi dan anjurkan pasien untuk batuk efektif/nafas dalam jika pasien sadar dan kooperatif. Lakukan penghisapan lendir pada jalan nafas dengan menggunakan teknik steril sesuai dengan keperluannya. Rasional : membantu dalam memventilasi semua daerah paru dan memobilisasi secret. Mencegah terjadinya peningkatan terhadap resiko infeksi. 9. Mandiri. Berikan tisu dan tempat sputum pada tempat yang mudah dijangkau untuk penampungan sputum atau secret yang lainnya. Rasional : Mengurangi penyebaran infeksi. 10. Mandiri. Bantu pasien untuk melakukan higeine oral. Rasional : menurunkan risiko terjadinya penyakit mulut. 11. Mandiri. Anjurkan untuk makan dan minum adekuat (pemasukan makanan dan cairan yang adekuat) (kira-kira 3000ml/hari jika tidak ada kontra indikasi). Rasional : Menurunkan kemungkinan terjadinya infeksi. Meningkatkan aliran urine yang statis dan membantu dalam mempertahankan pH/keasaman urine, yang menurunkan pertumbuhan bakteri dan pengeluaran organisme dari sistem organ tersebut. 12. Kolaborasi. Lakukan pemeriksaan kultur dan sensitivitas sesuai dengan indikasi. Rasional : untuk mengindetifikasi organisme sehingga dapat memilih/memberikan terapi antibiotik yang terbaik. 13. Kolaborasi. Berikan obat antibiotik yang sesuai. Rasional : penanganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis.
d.    Resiko tinggi terhadap perubahan sensori-perseptual. Faktor resiko meliputi : perubahan kimia endogen; ketidakseimbangan glukosa/insulin dan/atau elektrolit. Kemungkinan dibuktikan oleh : [tidak dapat diterapkan; adanya tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual]. Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan : Mempertahankan tingkat mental biasanya. Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.
Intervensinya adalah : 1. Mandiri. Pantau tanda-tanda vital dan status mental. Rasional : sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal, seperti suhu yang meningkat dapat mempengaruhi fungsui mental. 2. Mandiri. Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan kebutuhannya, misalnya terhadap tempat, orang, dan waktu. Berikan penjelasan yang singkat dengan bicara perlahan dan jelas. Rasional : Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan konat dengan realitas. 3. Mandiri. Jadwalkan intervensi keperawatan agar tidak menganggu waktu istirahat pasien. Rasional : Meningkatkan tidur, menurunkan rasa letih, dan dapat memperbaiki daya pikir. 4. Mandiri. Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan kegiatan sehari-hari sesuai dengan kemampuannya. Rasional : membantu memlihara pasien tetap berhubungan dengan realitas dan mempertahankan orientasi pada lingkungannya. 5. Mandiri. Lindungi pasien dari cidera (gunakan pengikat) ketika tingkat kesadaran pasien terganggu. Berikan bantalan lunak pada tempat tidur dan berikan jalan nafas buatan yang lunak jika pasien kemungkinan mengalami kejang. Rasional : Pasien mengalami disorientasi merupakan awal kemungkinan timbulnya cedera, terutama malam hari dan perlu pencegahan sesuai  indikasi. Munculnya kejang perlu diantisipasi untuk mencegah trauma fisik, aspirasi dsb. 6. Mandiri. Evalusi lapang pandang pengelihatan sesuai dengan indikasi. Rasional : Edema/lepasnya retina, hemoragis, katarak, atau paralisis otot ekstraokuler sementara menganggu pengelihatan yang memerlukan energi korektif dan/atau perawatan penyokong. 7. Mandiri. Selidiki adanya keluhan perestesia, nyeri, atau kehilangan sensori pada paha/kaki. Lihat adanya ulkus, daerah kemerahan, tempat-tempat tertekan, kehilangan denyut nadi perifer. Rasional : Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat, kehilangan sensasi sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi terhadap kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan. Catatan ; Mononeuropati mempengaruhi saraf tunggal (paling sering pada daerah daerah femoralis dan otak) yang menyebabkan nyeri tiba-tiba dan kehilangan fungsi motorik/sensorik sepanjang jaras saraf yang terkena tersebut. 8. Mandiri. Berikan tempat tidur yang lembut. Pelihara kehangatan kaki/tangan, hindari terpajan air panas atau dingin atau penggunaan bantalan pemanas. Rasional : Meningkatkan rasa nyaman dan menurunkan kemungkinan kerusakan kulit karena panas. Catatan : munculnya dingin yang tiba-tiba pada tangan/kaki dapat mencerminkan adanya hipoglikemia, yang perlu untuk melakukan pemeriksaan terhadap kadar gula darah. 9. Mandiri. Bantu pasien dalam ambulasi dan perubahan posisi. Rasional : meningkatkan keamanan pasien terutama ketika rasa keseimbangan dipengaruhi. 10. Kolaborasi. Berikan pengobatan sesuai dengan obat yang ditentukan untuk mengatasi DK sesuai dengan indikasi. Rasional : Gangguan dalam proses pikir/potensial terhadap aktivitas kejang biasanya hilang keadaan hiperosmolaritas teratasi. 11. Kolaborasi. Pantau nilai laboratorium, seperti kadar glukosa darah, osmolalitas darah, Hb/Ht, ureum kreatinin. Rasional :  Ketidakseimbangan nilai laboratorium ini dapat menurunkan fungsi mental. Catatan : jika cairan diganti dengan cepat, kelebihan fungsi cairan dapat masuk ke sel otak dan menyebabkan gangguan pada tingkat kesadaran (intoksikasi air). 12. Kolaborasi. Bantu dengan memblok saraf setempat, mempertahankan unit TENS. Rasional : Dapat memberikan rasa nyaman yang berhubungan dengan neuropati. 
e.    Kelelahan. Dapat dihubungkan : penurunan produksi energi metabolic. Perubahan kimia darah; insufisiensi insulin. Peningkatan kebutuhan energi. Status hipermetabolik/infeksi. Kemungkinan dibuktikan oleh : kurang  energi yang berlebihan ketidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas biasanya, penurunan kinerja, kecenderungan untuk kecelakaan. Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi pasien akan : mengungkapkan peningkatan tingkat energi. Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.
Intervensinya adalah : 1. Mandiri. diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas. Buat jadwal perencanaan dengan pasien dan identifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan. Rasional : pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah. 2. Mandiri. Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup/tanpa diganggu. Rasional : mencegah kelelahan yang berlebihan. 3. Mandiri : Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas. Rasional : mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis. 4. Mandiri. Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat dan sebagainya. Rasional : pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan dengan penurunan kebutuhan akan energi pada setiap kegiatan. 5. Mandiri. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan yang dapat ditoleransi. Rasional :  Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi pasien.
f.    Ketidakberdayaan. Dapat dihubungkan dengan : penyakit jangka panjang/progressif yang tidak dapat diobati. Ketergantungan pada orang lain. Kemungkinan dibuktikan oleh : penolakan untuk mengekspresikan perasaan sebenarnya, ekspresi tentang mengalami situasi tidak  terkontrol.  Apatis, menarik diri, marah. Tidak memantau kemajuan, tidak berpartisipasi dalam perawatan/pembuatan keputusan. Penekanan terhadap penyimpangan/komplikasi fisik meskipun pasien bekerja sama dengan aturan. Hasil yang diharapkan : mengakui perasaan putus asa. Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan. Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara mandiri mengambil tanggung jawab untuk aktivitas perawatan diri.
Intervensinya adalah : 1. Mandiri : Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasannya tentang perawatan dirumah sakit dan penyakitnya secara keseluruhan. Rasional : mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan cara pemecahan masalah. 2. Mandiri : Akui normalitas dari perasaan. Rasional : pengenalan bahwa reaksi normal dapat  membantu pasien untuk memecahkan masalah dan mencari bantuan sesuai dengan kebutuhan. Control terhadap DM merupakan pekerjaan yang terus menerus yang bertindak sebagai pengikat konstan terhadap munculnya penyakit serta ancaman terhadap kehidupan/kesehatan pasien. 3. Mandiri : Kaji bagaimana pasien telah mengangani masalahnya dimasa lalu. Identifikasi lokus control. Rasional : pengetahuan gaya individu membantu untuk menentukan kebutuhan terhadap tujuan penanganan. Pasien yang mempunyai lokus pusat control internal biasanya memperlihatkan cara untuk meningkatkan control terhadap program pengobatan sendiri. Pasien yang bertindak dengan lokus eksternal ingin dirawat oleh orang lain atau mungkin akan mengandalikan factor-faktor eksternal yang mempengruhinya. 4. Mandiri : Berikan kesempatan pada keluarga untuk mengekspresikan perhatiannya dan diskusikan cara mereka dapat membantu sepenuhnya terhadap pasien. Rasional : Meningkatkan perasaan terlibat dan memberikan kesempatan keluarga untuk memecahkan masalah untuk membantu mencegah terulangnya (kambuhnya) penyakit pada pasien tersebut. 5. Mandiri : Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga. Rasional : Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan atau diri sendiri dapat mengakibatkan perasaaan frustasi/kehilangan control diri dan mungkin mengganggu kemampuan koping. 6. Mandiri : Tentukan apakah ada perubahan yang berhubungan dengan orang terdekat. Rasional: Tenaga dan pikiran yang konstan diperlukan untuk mengendalikan diabetic yang seringkali memindahkan focus hubungan. Perkembangan psikologis/neuropatis visceral mempengaruhi konsep diri (terutama fungsi peran seksual) mungkin menambah keadaan stress. 7. Mandiri : Anjurkan pasien untuk membuat keputusan sehubungan dengan perawatannya, seperti ambulasi, waktu beraktivitas, dan seterusnya. Rasional : Mengkomunikasikan pada pasien bahwa beberapa pengendalian dapat dilatih saat perawatan dilakukan. 8. Mandiri. Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri dan berikan umpan balik sesuai dengan yang dilakukannya. Rasional : meningkatkan perasaaan control terhadap situasi.
g.    Kurang pengetahuan kebutuhan belajar mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan. Dapat dihubungkan dengan : kurang pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi. Tidak mengenal sumber informasi. Kemungkinan dibuktikan oleh : pertanyaan/meminta informasi mengungkapkan masalah. Ketidakakuratan mengikuti instruksi, terjadinya komplikasi yang dapat dicegah. Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi pasien akan : Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit. Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala dengan factor penyebab. Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan. Melakukan perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan.
Intervensinya adalah : 1. Mandiri. Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan penuh perhatian, dan selalu ada untuk pasien. Rasional : Menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia mengambil bagian dalam proses belajar. 2. Mandiri. Bekerja dengan pasien dalam menata tujuan belajar yang diharapkan. Rasional : Partisipasi dalam perencanaan meningkatkan antusias dan kerja sama pasien dengan prinsip-prinsip yang dipelajari. 3. Mandiri : Pilih berbagai srategi belajar, seperti teknik demonstrasi yang memerlukan keterampilan dan biarkan pasien mendemonstrasikan ulang, gabungkan keterampilan baru ini kedalam rutinitas rumah sakit sehari-hari. Rasional : Penggunaan cara yang berbeda tentang mengakses informasi meningkatkan pencerapan pada individu yang belajar. 4. Mandiri : Diskusikan topic-topik utama, seperti : - Apakah kadar glukosa normal itu dan bagaimana hal tersebut dibandingkan dengan kadar gula darah pasien, tipe DM yang dialami pasien, hubungkan antara kekurangan insulin dengan kadar gula darah yang tinggi. Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup. - Rasional terjadinya serangan ketoasidisis. Rasional : pengetahuan tentang faktor pencetus dapat membantu untuk menghindari kambuhnya serangan tersebut. - Komplikasi panyakit akut dan kronis meliputi gangguan pengelihatan (Retinopati), perubahan dalam neorosensori dan kardiovaskuler, perubahan fungsi ginjal/hipertensi. Rasional : Kesadaran tantang apa yang terjadi membantu pasien untuk lebih konsisten terhadap perawatannya dan mencegah/mengurangi awitan komplikasi tersebut. 5. Mandiri. Demonstrasikan cara pemeriksaan gula darah dengan menggunakan “finger stick” dan beri kesempatan pasien untuk pemeriksaan keton urinenya jika glukosa darah lebih tinggi dari 250mg/dl. Rasional : Melakukan pemeriksaan gula darah oleh sendiri 4 kali atau lebih dalam setiap harinya memungkinkan fleksibelitas dalam perawatan diri, meningkatkan control kadar gula darah dengan lebih ketat (mis. 60-150mg/dl) dan dapat mencegah/mengurangi perkembangan kompliklasi jangka panjang. 6. Mandiri. Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat dan cara untuk melakukan makan luar rumah. Rasional : Kesadaran tentang pentingnya control diet akan membantu pasien dalam merencanakan makan/mentaati program. Serat dapat memperlambat absorbsi glukosa yang akan menurunkan fluktuasi kadar gula dalam darah, tetapi dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada saluran cerna, flatus meningkat, dan mempengaruhi absorbsi vitamin/mineral. 7. Mandiri. Tinjau ulang program pengobatan meliputi awitan, puncak dan lamanya dosis insulin yang diresepkan, bila disesuaikan dengan pasien atau keluarga. Rasional : pemahaman tentang semua aspek yang digunakan obat  meningkatkan penggunaan yang tepat. Algoritme dosis dibuat, yang masuk dalam perhitungan dosis obat yang dibuat selama evaluasi rawat inap; jumlah dan jadwal aktivitas fisik biasanya, perencanaan makan. Dengan melibatkan orang terdekat/sumber untuk pasien. 8. Mandiri : Tinjau kembali pemberian insulin oleh pasien sendiri dan perawatan terhadap peralatan yang digunakan. Berikan kesempatan pada pasien untuk mendemonstrasikan prosedur tersebut (mis, menentukan daerah penyuntikan dan cara menyuntik atau penggunaan alat suntik pompa kontinu). Rasional : Mengidentifiksikan pemahaman dan kebenaran dari prosedur atau masalah yang potensial dapat terjadi (seperti pengelihatan, daya ingat dan sebagainya sehingga solusi alternative dapat ditentukan untuk pemberian insulin tersebut. 9. Mandiri : Tekankan pentingnya mempertahankan pemeriksaan gula darah setiap hari, waktu dan dosis obat, diet, aktivitas, perasaan/sensasi dan peristiwa dalam hidup. Rasional : Membantu dalam menciptakan gambaran nyata dari keadaan pasien untuk melakukan kontrol penyakitnya dengan lebih baik dan meningkatkan pearawatan diri dan kemandiriannya. 10. Mandiri : Diskusikan factor-faktor yang memegang peranan dalam kontrol DM tersebut, seperti latihan (aerobic versus isometric), stress, pembedahan dan penyakit tertentu. Lihat kembali aturan “sick day”. Rasional : Informasi ini akan meningkatkan pengendalian terhadap DM dan dapat sangat menurunkan berulangnya kejadian ketoasidosis. Catatan : latihan aerobic (seperti berjalan, berenang) meningkatkan keefektifan penggunaan insulin yang menurunkan kadar gula darah dan memperkuat sistem kardiovaskuler. Perencanaan penanganan “sickday” membantu mempertahankan keseimbangan selama sakit, bedah minor, stress emosi yang berat atau beberapa keadaan yang mungkin meningkatkan gula darah. 11. Mandiri : Tinjau ulang pengaruh rokok pada penggunaan insulin. Anjurkan pasien untuk menghetikan merokok. Rasional : nikotin mengkontriksi pembuluh darah kecil dan absorbs insulin diperlambat selama pembuluh darah ini yang mengalami kotriksi. Catatan : absorsi insulin dapat diturunkan sampai batas 30% dibawah normal dalam 30 menit pertama setelah merokok. 12. Mandiri : Buat jadwal latihan/aktivitas yang teratur dan identifikasi hubungan dengan penggunaan insulin yang perlu menjadi perhatian. Rasional : waktu latihan tidak boleh bersamaan waktunya dengan kerja puncak insulin. Makanan kudapan harus diberikan sebelum atau selama latihan sesuai kebutuhan dan rotasi injeksi harus menghindari kelompok otot yang akan digunakan untuk aktivitas (mis., daerah abdomen lebih dipilih daripada paha atau lengan sebelum melakukan jogging atau berenang) untuk mencegah percepatan ambilan insulin. 13. Mandiri : Identifikasi gejala hipoglikemia (mis., lemah, pusing, letargi, lapar, peka rangsang, difiresis, pucat, takikardia, tremor, sakit kepala, dan perubahan mental) dan jelaskan penyebabnya. Rasional : dapat meningkatkan deteksi dan pengobatan lebih awal dan mencegah/mengurangi kejadiannya. Catatan : hiperglikemia saat bangun tidur dapat mencerminkan fenomena fajar (indikasi perlunya insulin tambahan) atau respons balik pada hipoglikemia selama tidur (efek simogy) yang memerlukan penurunan dosis insulin atau perubahan diet (mis., pemberian makanan kudapan pada malam hari). Pemeriksaan kadar gula darah pada jam 3 pagi membantu dalam mengidentifikasi masalah yang spesifik. 14. Mandiri : Instruksikan pentingnya pemeriksaan secara rutin pada kaki dan perawatan kaki tersebut. Demonstrasikan cara pemeriksaaan kaki tersebut; inspeksi sepatu yang ketat dan perawatan kuku, jaringan tanduk. Anjurkan penggunaan stoking dengan bahan serat alamiah. Rasional ; mencegah/mengurangi komplikasi yang berhubungan dengan neuropati perifer dan/atau gangguan sirkulasi terutama selulitis, gangrene dan amputasi. 15. Mandiri : Tekankan pentingnya pemeriksaan mata secara teratur terutama pada pasien yang telah mengalami DM tipe 1 selama 5 tahun atau lebih. Rasional : Perubahan dalam pengelihatan dapat terjadi secara perlahan dan lebih sering pada pasien yang jarang mengontrol DM. Masalah yang mungkin terjadi termasuk perubahan dalam ketajaman pengelihatan dan mungkin berkembang kearah retinopati dan kebutaan. 16. Mandiri : Susun alat bantu pengelihatan ketika diperlukan, mis., memperbesar garis skala pada jarum insulin, instruksikan dengan cetakan besar, pengukur glukosa darah sekali sentuh. Rasional : alat bantu adaptif telah dikembangkan 5 tahun terakhir untuk membantu individu dengan gangguan penglihatan DM-nya sendiri dengan lebih efektif. 17. Mandiri : Diskusikan mengenai fungsi seksual dan jawab semua pertanyaan pasien atau orang terdekat. Rasional : seringkali, terjadi impotensi mungkin gejala pertama dari serangan DM). catatan : konseling dan/atau penggunaan penis prostese mungkin bermafaat. 18. Mandiri : Tekankan pentingnya pentingnya penggunaan dari gelang bertanda khusus. Rasional : Dapat mempercepat masuknya kedalam pusat-pusat sistem kesehatan dan perawatan yang sesuai dengan akibat komplikasi yang lebih kecil pada keadaan darurat. 19. Mandiri : Rekomendasi untuk tidak menggunakan obat-obat yang dijual bebas tanpa konsultasi dengan tenaga kesehatan/tidak boleh memakai obat tanpa resep. Rasional : Produktivitas mungkin mengandung gula atau berinteraksi dengan obatobatan yang diresepkan. 20. Mandiri : Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan jawab pertanyaan pasien/orang terdekat. Rasional : membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih ketat dan mencegah eksaserbasi DM, menurunkan perkembangan komplikasi sistemik. 21. Mandiri : Lihat kembali tanda/gejala demam yang memerlukan evaluasi secara medis, seperti demam, pilek/gejala flu, urine keruh/berwarna pekat, nyeri saluran  kemih, penyembuhan penyakit yang lama, perubahan sensori (nyeri/kesemutan) pada ekstrimitas bawah, perubahan pada kadar gula darah, dan munculnya keton pada urine. Rasional : Intervensi segera dapat mencegah perkembangan komplikasi yang lebih serius dan komplikasi yang mengancam kehidupan. 22. Mandiri : Demonstrasikan teknik penanganan  stress, seperti latihan nafas dalam, bimbingan imajinasi, mengalihkan perhatian. Rasional : meningkatkan relaksasi dan pengendalian terhadap respons stress yang dapat membantu untuk membatasi peristiwa ketidakseimbangan glukosa/insulin. 23. Mandiri : Identifikasi sumber-sumber yang ada dimasyarakat, bila ada. Rasional : Dukungan kontinu biasanya penting untuk menopang perubahan gaya hidup  dan penerimaan atas diri sendiri.                                                        
3.  Implementasi
    Pelaksanaan adalah inisiatif dasar rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik (lyer et al1996). Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing oders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi factor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik, jika klien mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. Selama tahap pelaksanaan, perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan klien. Semua tindakan keperawatan dicatat kedalam format yang telah ditetapkan oleh institusi, (Nursalam, edisi 2, 2011).

4.  Evaluasi
    Adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan (Ignatavicius & Bayne, 1994).Menurut Griffith & Christensen (1986) evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan, dan perbandingan yang sistematik pada status kesehatan klien. Dengan mengukur perkembangan klien dalam mencapai suatu tujuan, maka perawat bisa menentukan efektifitas tindakan keperawatan.Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan, evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan. Pengumpulan data perlu direvisi untuk menentukan apakah informasi yang telah dikumpulkan sudah mencukupi dan apakah perilaku yang observasinya sudah sesuai. Diagnosis juga perlu dievaluasi dalam hal keakuratan dan kelengkapannya. Tujuan dan intervensi dievaluasi adalah untuk menentukan apakah tujuan tersebut dapat dicapai secara efektif (Nursalam, edisi 2, 2011).
   
     Notes:
     Jika anda merasa kurang dikarenakan penulis tidak mencantumkan daftar pustaka nya disini, maka anda bisa berkomentar di kolom yang telah disediakan dibawah dan cantumkan email anda maka saya secara gratis akan mengirimkannya ke email anda, bagaimana,,, mudah kan?  jangan lupa like juga Fans Page Facee Booknya juga ya.....

0 Response to "Askep Diabetes Millitus"