A. Pengertian.
Bronkitis adalah sebuah inflmasi pada bronkus.bronkitis akut merupakan kejadian terpisah, biasanya merupakan infeksi primer virus sebagai komplikasi dari penyakit selesma, influenza, batuk rejan, campak atau rubela.infeksi skunder merupakan akibat bakteri, yang umumnya bakteri haemophilus influezae atau streptococcus pnemoniae.pada bronkitis kronik, kelenjar mukus bronkial mengalami hipertrofi akibat asap rokok dan polutan atmosfer yang membuat iritasi,dan keluhan pasien satu-satunya adalah batuk pruduktif serta sputum mukoid yang terjadi sepanjang hari selama tiga bulan berturut-turut selama dua tahun berturut-turut. (kamus keperawatan: Hinchliff, sue 1999).
Bronkitis sering konjungsi dengan penyakit pernafasan lain. (nursing care of children and families : Mott R. Sandra . 1990).
Bronkitis pada anak dapat merupakan bagian dari banyak penyakit pernafasan lainya. Namun bronkitis dapat juga merupakan penyakit tersendiri.sebagai penyakit tersendiri, bronkitis merupakan topik yang masih kontroversi dan ketidak-jelasan di antara para klinikus dan para penyidik.bronkitis sering merupakan dignosa yang di tegakkan,baik di luar maupun di dalam negeri,walaupun dengan patokan diagnosis yang tidak sama.bahkan stern (1983) meragukan adanya bronkitis kronik pada anak sebagai penyakit tersendiri.Mengapa hal ini sampai terjadi kesimpang siuran karena masih belum ada konsensus tentang bronkitis pada anak ini (buku kuliah ilmu kesehatan anak seri 3 : 1985)
B. Etiologi
Penyebab bronchitis akut yang paling sering adalah virus seperti Rhinovirus, respiratori sicytial virus (RSV), virus influenza, virus parainfluenza dan coxsackie virus. Bronkitis akut sering terjadi pada anak yang yang menderita morbili, pertusis, dan infeksi mycoplasma pneumonia. Infeksi sekunder oleh bakteri dapat terjadi , namun ini jarang di lingkungan sosial ekonomi yang baik.
Faktor predisposisi terjadi bronchitis akut adalah allergi, perubahan cuaca, polusi udara, dan infeksi saluran napas atas kronik, memudahkan terjadinya bronchitis.
C. Manifestasi Klinik.
• Produksi mukus kental.
• Batuk produktif dengan mukus purulen.
• Dispnea.
• Demam.
• Suara serak.
• Ronki (bunyi nafas diskontineu yang halus atau kasar) terutama waktu inspirasi.
• Nyeri dada kadang timbul.
• Batuk sangat produktif, purulen, dan mudah memburuk oleh iritan inhalan,udara dingin atau infeksi.
• Sesak nafas dan dispnea.
D. Patofisiologi.
Terdapat hubungan yang erat antara kebiasaan merokok da EVP 1 (volume ekspansi paksa 1 detik), secara patologik rokok berhubungan dengan gangguan fungsi alveolar magrofag, menurunnya aktifitas silia dan hipertrofi serta hiperplsia kelenjar mukus maupun serosa. Peranan infeksi dlam patogenesa sebagai salah satu faktor resiko terjadinya bronkitis akut di bagi menjadi dua bentuk :
Infeksi sebagai salah satu resiko untuk timbul di kemudian hari, khususnya infeksi pada anak-anak. Infeksi yang berulang di tambah dengan faktor lain yang di mulai pada masa bayi dan kanak-kanak menimbulkan derajat kerusakan serta pembentukan jaringan parut dalam sistem pernafasan.
Infeksi menahun, dalam keadaan sehat paru-paru di lindungi oleh mekanisme pertahanan yang efektif sehingga praktis paru dalam keadaan steril, walaupun setiap saat selalu terancam oleh masukan benda asing termasuk mikroorganisme melalui udara yang di hirup. Jadi ekserbasi bronkitis akut dapat di diagnosa paling sering di awali dengan infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi skunder oleh bacteri lain ; haemofilus influenza dan streptokokus pnemoniae.
Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab penyakit ini, akan tetapi apabila di tambah dengan merokok, maka tingkat resiko makin tinggi sehingga manifestasinya alergi dan hiperreaktivitas bronkus yang akan mengarah pada bronkitis akut.
E. Tanda Dan Gejala.
Demam, meningismus, anorexia, muntah, diare, nyeri abdomen, sumbatan nasal, keluaran nasal, batuk, bunyi nafas : batuk, suara serak, ngorok, stridor, mengi, pada askultasi terdengar kerkles, mengi, serta sakit tenggorokan.
F. Komplikasi.
Hipertensi paru akibat vasokonstriksi hopoksik paru yang kronik, yang pada akhirnya menyebabkan kor pulmonal, dapat pula terjadi metaplasia dan displasia
G. Penatalaksanaan.
1. Umum.
Memenuhi intake cairan sampai di atas atau lebih 4000 ml per hari serta dengan memanipulasi lingkungan di sekitar pasien dengan uap panas atau dengan kabut dingin. Fungsinya adalah untuk membantu mengencerkan dahak.
2. Medis.
Pada penyebab yang di karenakan oleh virus belum ada obat khusus, anti biotik tidak ada gunanya. Banyak minum terutama air buah sangat memadahi. Obat penekan batuk tidak boleh di berikan pada batuk yang berlendir.
Bila batuk tidak mereda pada 2 minggu patut dicurigai kemungkinan infeksi skunder dan pemberian anti biotik dapat di berikan asal telah hilang kemungkinan terjadi pertusis.bakteri yang di anjurkan adalah Amoxillin, ko-trimoxasol dan golongan mikrolide.anti biotik di berikan selama dua minggu dan bila tidak berhasil maka dilakukan rongen foto toraks untuk menyingkirkan adanya kulaps paru segmental dan lober, benda asing dan tuberkulosis.
Bila bronkitis akut terjadi berulang kali perlu di kaji adanya penyebab lain seperti kelainan saluran nafas,benda asing, bronkiektasis, defisiensi imonologis, hiperreaktivitas bronkus, dan ISPA (infeksi saluran nafas atas akut) atas yang belum teratasi.
Daftar Obat Pada Bronkitis Menurut Respiratori Disosder.
No. Nama Obat Indikasi Dosis
1 Hidrocodone bitartrat Antitusif 5 – 10 Mg
2 Codein phospat Antitusif 10 - 20 Mg
3 Dextrometorpan Analgesik nonnarktik 10 - 20 Mg/ 4jam, 30 mg/ 6 jam
4 Noscapine Analgesik nonnarktik 15 - 30 Mg
5 Levopropoxyphene Analgesik nonnarktik 50 - 100 Mg
6 Terbutaline Bronkodilator 2,5 – 5 Mg
7 Theophylline Bronkodilator Dosis tinggi di sesuaikan dengan serum theopillin
8 Doxycyline Antibiotik 250 - 500 Mg PO
9 Terramicin Antibiotik 250 - 500 Mg PO
10 Amphisilin Antibiotik 250 - 500 Mg PO
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian.
Kaji pemasukan dan pantau tingkat pernafasan, status hidrasi, dan adanya demam. Pada bronkitis asmatik : mengi, ISPA, batuk yang produktif. Pada bronkitis yang disebabkan oleh virus, dengan ciri batuk kering , keras yang menetap[ memburuk pada malam hari] menjadi produktif pada 2-3 hari, takipnea, demam ringan.pada bronkitis sinsisial yang biasa menyerang anak dengan usia 2-12 bulan dan jarang setelah 12 tahun,awalnya sebagai ISPA biasa dengan rubas nasal serosa, kemungkinan disertai dengan demam ringan, secara bertahap mengalami peningkatan distress pernafasan, dispnea, batuk non produktif paroksimal, takipnea dengan pernafasan cuping hidung dan retraksi emfisema, dan kemungkinan mengi.
B. Diagnosa Keperawatan.
1. Pola nafas tak efektif b. d proses inflamasi.
2. Ansietas b. d kesulitan nafas, prosedur dan lingkungan asing(rumah sakit).
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif b. d obstruksi mekanis, inflamasi meningkat, sekresi dan nyeri.
4. Intoleransi aktifitas b. d in adequat pertukaran oksigen.
5. Perubahan proses keluarga b. d penyakit dan hospitalisasi anak.
C. Perencanaan.
Diagnosa I.
Tujuan : Klien akan mempertahankan pola nafas yang efektif selama dalam perawatan.
Intervensi dan rasional
• Beri posisi untuk untuk ventilasi yang maximum.
Untuk meningkatkan ekpansi paru.
• Tinggikan kepala pasien 300.
Untuk meningkatkan ekspansi paru.
• Hindari bedong atau pakaian yang ketat.
Untuk melapangkan pernafasan.
• Periksa posisi anak dengan sering untuk memastikan anak tidak merosot.
Untuk menghindari penekanan diafragma.
• Gunakan bantalan.
Untuk mempertahankan jalan nafas.
• Beri peningkatan kelembaban dan oksigen suplemen dengan menempatkan anak dalam tent/ nood(bayi) sesuaikan demi keamanan anak.
• Tingkat istirahat dan tidur dengan penjadwalan yang tepat.
• Dorong teknikrelaxasi.
Diagnosa II.
Tujuan : Klien akan menurunkan tingkat kecemasan selama dalam perawatan.
Intervensi dan rasional :
• Jelaskan prosedur.
Untuk mengurangi kecemasan anak.
• Ciptakan hubungan terapeutk antara (p) keluarga,dan anak.
Untuk meningkatka kooperatifan anak dan keluarga.
• Gunakan teknk perawatan centered family.
Melibatkan keluarga secara kooperatif.
• Perhatikan siklus pola tidur dalam perencanaan keperawatan.
• Kaji pengaruh pemberian sedatif / analgesik.
• Beri aktivitas pengalihan sesuai tumbang anak.
• Beri bronkodilator sesuai resep dokter.
Diagnosa III.
Tujuan : Klien akan mempertahankan bersihan jalan nafas yang efektif selama dalam perawatan.
Intervensi dan rasional :
• Posisikan klien pada kesejajaran tubuh yang tepat.
Untuk memungkinkan ekspansi paru yang lebh baik dan perbaikan pertukaran gas serta mencegah aspirasi sekresi.
• Lakukan penghisapan selama 5 detik.
Untuk memperbaiki jalan nafas.
• Beri fisioterapi dada.
Untuk memperbaiki jalan nafas.
• Kolaborasi tentang pemberian ekspektoran.
Untuk mengencerkan dahak.
• Sediakan alat kedaruratan.
Menghindari kedaruratan bila di perlukan.
• Pastikan masukan cairan yang adequat.
Untuk mengencerkan sekret.
Diagnosa IV.
Tujuan : Klien akan mempertahankan pola aktifitas yang adequat selama dalam perawatan.
Intervensi dan rasional :
• Kaji tingkat toleransi fisik anak.
• Bantu anak dalam aktivitas sehari-hari yang melebihi toleransi.
• Beri aktivitas pengalihan sesuai dengan usia.
• Beri aktifitas pengalihan yang tidak membosankan dan mencegah menarik diri.
• Beri instruksi istirahat dengan jelas.
• Seimbangkan antara istirahat dan tidur bila pasien berambulasi.
• Beri sedatif sesuai dengan resep dokter.
Diagnosa V.
Tujuan : Keluarga akan mempertahankan proses keluarga yang adequat selama perawatan anak.
Intervensi dan rasional :
• Kenali kekawatiran dan kebutuhan orang tua untuk informasi dan dukungan.
• Gali perasaan keluarga dan masalah sekitar hospitalisasi dan penyakit anak.
• Jelaskan penampilan dan perilaku anak.
• Gunakan teknik perawatan centered family care sehingga keluarga juga kooperatif.
D. Evaluasi.
1. Pernafasan dalam batas normal,pernafasan tidak sulit anak tidur dan istirahat dengan tenang.
2. Anak tidak tidak menunjukan tanda disress pernafasan dan ketidaknyamanan fisik
3. Anak lebih efektif mengeluarkan sekret tanpa stress dan keletihan yang tidak perlu. Anak mampu batuk produktif.
4. Anak bermain dan istirahat dengan tenang serta melakukan aktifitas yang sesuai dengan usia dan kemampuannya.
5. Anak tidak menunjukan bukti peningkatan distress pernafasan.
6. Anak mentoleransi peningkatan aktifitas.
7. Keluarga akan mengajukan pertanyaan yang tepat mendiskusikan.
8. Kondisi dan perawatan anak dengan tenang serta terlibat secara positif dalam perawatan anak.
DAFTAR PUSTAKA
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak,1985 “lmu Kesehatan Anak”, Jakarta.FKUI.
Mott R. Sandra. 1990. Second Edition. “Nursing Care Of Children And Families” Cumming Publising Company, inc. Addison - Weslev.
Wong l. Donna “ Keperawatan Pediatrik : Pedoman Klinis “ Edisi 4. Jakarta ; EGC.
Corwin, Elizabeth. J; 2000 Buku Saku Patofisiologi ; Jakarta; EGC.
Susan F. Wilson. June M. Thomson. 1990 “Respiratori Disorder” Klinical Nursing Series. Mosby Year Book
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Askep Anak dengan Bronkitis"
Post a Comment